Pertamina Rugi Rp11 Triliun, PKS Minta Ahok Dicopot dari Jabatannya

JAKARTA, 123berita.com – Anggota Komisi Energi DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto mengusulkan agar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dicopot dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Usulan ini mengemuka setelah badan usaha milik negara itu merugi hingga US$767,9 juta atau sekira Rp11 triliun sepanjang semester pertama 2020.

Menurutnya, pemerintah jangan sungkan mengevaluasi kerja komisaris utama yang sekarang. Jika memang tidak mampu pecat saja. Ganti dengan figur profesional yang memahami kerja dunia perminyakan.

“Pertamina butuh gagasan besar. Bukan omong besar,” tandas Mulyanto di laman pribadinya, pakmul.id, Selasa (25/082020).

Sebelumnya, kabar soal kerugian ini tertuang dalam laporan keuangan yang diunggah di laman resmi Pertamina. Capaian ini berbanding terbalik dengan semester pertama 2019 di mana mencatatkan laba US$659,9 juta.

Mulyanto pun menyinggung ucapan Ahok beberapa waktu lalu.

“Waktu itu Ahok bilang, merem saja Pertamina sudah untung. Asal diawasi. Nah kalau sekarang Pertamina rugi, artinya apa? Apa Ahok tidak mengawasi? Kok nyatanya Pertamina bisa rugi,” singgung dia.

Melansir Tempo.co, Selasa (25/08/2020), pernyataan itu disampaikan Ahok pada 27 Juni 2020 di acara Live Instagram KickAndy Show. Saat itu, Ahok menyebut pendapatan Pertamina mencapai Rp800 triliun atau hampir sepertiga APBN harus selalu diawasi.

“Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi enggak punya KPI (key performance indicator), sedangkan KPI administratif semua. Ya ada kewajiban, (meski) merem juga untung,” ujar Ahok.

Secara teori, kata Mulyanto, Pertamina seharusnya untung pada semester pertama 2020. Pasalnya, saat ini harga minyak dunia sedang anjlok ke angka terendah sepanjang sejarah. Pertamina pun juga tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) sedikit pun.

Mulyanto menduga ada faktor nonteknis mengakibatkan Pertamina mengalami kerugian begitu besar. Untuk itu, pihaknya minta peran pengawasan komisaris utama lebih ditingkatkan.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, mengatakan perusahaannya mengalami triple shock selama semester pertama 2020. Ketiganya, yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar menyebabkan selisih kurs cukup signifikan.

Kendati begitu, Pertamina tetap optimistis hingga akhir tahun akan ada pergerakan positif. Harga minyak dunia perlahan sudah mulai naik dan konsumsi BBM semakin meningkat sehingga diproyeksikan laba juga akan positif.

BACA JUGA